Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang tadinya terhenti atau terganggu
Tujuan : agar sirkulasi darah kembali berfungsi normal
Diagnosis :
Gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa terutama jika terjadi henti jantung dan syok
- Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi karotis dalam waktu 5 – 10 detik. Henti jantung dapat disebabkan kelainan jantung (primer) dan kelainan di luar jantung (sekunder) yang harus segera dikoreksi
- Diagnosis syok secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/nadi karotis, pasien tampak pucat, ekstermitas teraba dingin,berkeringat dingin dan memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill time > 2 detik)
Gambar 1 .Cara meraba nadi carotis :
|
Nadi
carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel pada
daerah kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau jakun pada sisi yang
paling dekat dengan pemeriksa. Waktu yang tersedia untuk mengukur nadi
carotis sekitar 5 – 10 detik.
Tanda-tanda sirkulasi normal :
- Perfusi perifer : teraba hangat, kering
- Warna akral : pink/merah muda
- Capillary refill time : < 2 detik
- Denyut nadi < 100
- Tekanan darah sistole >90-100
- Produksi urine 1 ml/kgBB/jam
Tanda klinis syok :
- Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah
- Capillary refill time > 2 detik
- Nafas cepat
- Nadi cepat > 100
- Tekanan darah sistole < 90-100
- Kesadaran : gelisah s/d koma
- Pulse pressure menyempit
- JVP rendah
- Produksi urin < 0,5 ml/kgBB/jam
Gambar 2.Perbandingan telapak tangan pasien syok dengan pemeriksa
Perkiraan besarnya tekanan darah sistolik jika nadi teraba di :
- radialis : > 80 mmHg
- femoralis : > 70 mmHg
- Carotis : > 60 mmHg
Jenis-jenis syok :
1.Syok hipovolemik
Penyebab
: muntah/diare yang sering; dehidrasi karena berbagai sebab seperti
heat stroke, terkena radiasi; luka bakar grade II-III yang luas; trauma
dengan perdarahan; perdarahan masif oleh sebab lain seperti perdarahan
ante natal, perdarahan post partum, abortus, epistaksis,
melena/hematemesis.
Diagnosis : perubahan
pada perfusi ekstremitas (dingin, basah, pucat), takikardi, pada
keadaan lanjut : takipneu, penurunan tekanan darah, penurunan produksi
urin, pucat, lemah dan apatis
Tindakan :
pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan diberikan infus
cairan kristaloid (Ringer Laktat/Ringer Asetat/NaCl 0,9 %) dengan jumlah
cairan melebihi dari cairan yang hilang.
Catatan
: untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV selain diberikan infus
kritaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber
perdarahan dihentikan.
2.Syok kardiogenik
Penyebab : dapat terjadi pada keadaan-keadaan antara lain kontusio jantung, tamponade jantung, tension pneumotoraks
Diagnosis
: hipotensi disertai gangguan irama jantung (bisa berupa bradiaritmia
seperti blok AV atau takiaritmia seperti SVT, VT), mungkin terdapat
peninggian JVP, dapat disebabkan oleh tamponade jantung (bunyi jantung
menjauh atau redup dan tension pneumotoraks (hipersonor dan pergeseran
trakea)
Tindakan : pemasangan jalur
intravena dengan cairan kristaloid (batasi jumlah cairan), pada aritmia
berikan obat-obatan inotropik, perikardiosintesis untuk tamponade
jantung dengan monitoring EKG, pemasangan jarum torakosintesis pada ICS
II untuk tension pneumotoraks
4. Syok septik
Penyebab : proses infeksi berlanjut
Diagnosis : fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi; fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.
Tindakan :ditujukan agar tekanan sistolik > 90-100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60 mmHg).
- Tindakan awal : IVFD cairan kristaloid, beri antibiotika, singkirkan sumber infeksi
- Tindakan lanjut : penggunaan cairan koloid dikombinasi dengan vasopresor seperti dopamine
5. Syok anafilaksis
Penyebab : reaksi anafilaksis berat
Diagnosis
: tanda-tanda syok dengan riwayat adanya alergi (makanan, sengatan
binatang dan lain-lain) atau setelah pemberian obat.
Tindakan : resusitasi cairan dan pemberian epinefrin subcutan
Catatan
: tidak semua kasus hipotensi adalah tanda-tanda syok, tapi denyut nadi
abnormal, irama jantung abnormal dan bradikardia biasanya merupakan
tanda hipotensi
Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik karena dehidrasi
Klasifikasi
|
Penemuan Klinis
|
Pengelolaan
|
Dehidrasi ringan : Kehilangan cairan tubuh sekitar 5 % BB | Selaput lendir kering, nadi normal atau sedikit meningkat | Pergantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) |
Dehidrasi sedang : Kehilangan cairan tubuh sekitar 8 % BB | Selaput lendir sangat kering, lesu, nadi cepat, tekanan darah turun, oligouria | Pergantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) |
Dehidrasi berat : Kehilangan cairan tubuh > 10 % | Selaput lendir pecah-pecah, pasien dapat tidak sadar, tekanan darah menurun, anuria | Pergantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) |
Syok hipovolemik karena perdarahan :
Menurut Advanced Trauma Life Support
Klasifikasi | Penemuan Klinis | Pengelolaan |
Kelas I : kehilangan volume darah < 15 % EBV | Hanya takikardi minimal, nadi < 100 kali/menit | Tidak perlu penggantian volume cairan secara IVFD |
Kelas II : kehilangan volume darah 15 – 30 % EBV | Takikardi (>120 kali/menit), takipnea (30-40 kali/menit), penurunan pulse pressure, penurunan produksi urin (20-30 cc/jam) | Pergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) sejumlah 3 kali volume darah yang hilang |
Kelas III : kehilangan volume darah 30 - 40 % EBV | Takikardi
(>120 kali/menit), takipnea (30-40 kali/menit), perubahan status
mental (confused), penurunan produksi urin (5-15 cc/jam) | Pergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) dan darah |
Kelas IV : kehilangan volume darah > 40 % EBV | Takikardi (>140 kali/menit), takipnea (35 kali/menit), perubahan status mental (confused dan lethargic), Bila kehilangan volume darah > 50 % : pasien tidak sadar, tekanan sistolik sama dengan diastolik, produksi urin minimal atau tidak keluar | Pergantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) dan darah |
Keterangan : EBV (estimate Blood Volume) = 70 cc / kg BB
Tatalaksana mengatasi perdarahan :
Airway (+ lindungi tulang servikal)
Breathing (+ oksigen jika ada)
Circulation + kendalikan perdarahan
1. Posisi syok
2. Cari dan hentikan perdarahan
3. Ganti volume kehilangan darah
Posisi syok
Angkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi ± 45o. 300 – 500 cc darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral.
Gambar 3. Posisi syok
2.Menghentikan perdarahan (prioritas utama)
- Tekan sumber perdarahan
- Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka
- Bebat tekan pada seluruh ekstremitas yang luka
- Pasang tampon sub fasia (gauza pack)
- Hindari tourniquet (torniquet = usaha terakhir)
Perdarahan permukaan tubuh ekstremitas lakukan penekanan, gunakan sarung tangan atau plastik sebagai pelindung !
Gambar 5. Perdarahan dan cara menekan perdarahan
Perdarahan 20 cc/menit = 1200 cc / jam !
3. Pemasangan infus dan pergantian volume darah dengan cairan/darah.
4. Cari sumber perdarahan yang tersembunyi
- Rongga perut (hati, limpa, arteri), rongga pleura, panggul atau pelvis, tulang paha (femur), kulit kepala (anak)
5. Lokasi dan Estimasi perdarahan
- Fraktur femur tertutup : 1,5-2 liter
- Fraktur tibia tertutup : 0,5 liter
- Fraktur pelvis : 3 liter
- Hemothorak : 2 liter
- Fraktur iga (tiap satu) : 150 cc
- Luka sekepal tangan : 500 cc
- Bekuan darah sekepal : 500 cc
Catatan :
1.
Menilai respon pada penggantian volume adalah penting, bila respon
mnmal kemungkinan adanya sumber perdarahan aktif yang harus dihentikan,
segera lakukan pemeriksaan golongan darah dan cross matched, konsultasi
dengan ahli bedah, hentikan perdarahan luar yang tampak (misalnya pada
ekstremitas)
2. Penggantian darah dapat
digunakan darah lengkap (WBC) atau komponen darah merah (PRC). Usahakan
jangan memberikan tranfusi yang dingin karena dapat menyebabkan
hipotermi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar