Selasa, 23 Oktober 2012

ASKEP MENINGITIS ESENFALITIS I






BAB  I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Meningitis Ensefalitis merupakan penyakit yang menyerang system saraf.Kebanyakan penyakit ini menyerang pada anak-anak. Banyak yang tidak mengetahui sesungguhnya kedua penyakit ini berbeda meskipun sebenarnya mirip.
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran,bahkan kematian. Kebanyakan ksus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme,seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.
Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,seperti meningitis,atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis,malaria,atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang system kekebalan tubuhnya kurang. Kerysakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.
1.2              Rumusan Masalah
  1. Bagaimana proses pengkajian pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis?
  2. Apakakah diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis?
  3. Bagaimana perencanaan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis?
  4. Bagaimana evaluasi pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis?
1.3       Tujuan
  1. Mengetahui proses pengkajian pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis
  2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis
  3. Mengimplementasikan perencanaan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis
  4. Mengetahui evaluasi pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis        
1.4       Manfaat
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan dan evaluasi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MENINGITIS
2.1.1 Definisi
   Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

2.1.2 Etiologi
1. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)
Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis organisme yang sering menyebabkan meningitis bacterial adalah streptokokus pneumonia dan neisseria meningitis.
Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial yang sering terjadi pada daerah penduduk yang padat, spt: asrama, penjara. Klien yang mempunyai kondisi spt: otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur tulang tengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis . Selain itu juga dapat terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun, spt: AIDS dan defisiensi imunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
2. Meningitis Virus (Meningitis aseptic)
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.
3. Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status mental.
Faktor resiko terjadinya meningitis :
1. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan olh bakteri terdiri atas faktor pencetus sebagai berikut diantaranya adalah :
  1. Otitis media
  2. Pneumonia
  3. Sinusitis
  4. Sickle cell anemia
  5. Fraktur cranial, trauma otak
  6. Operasi spinal
  7. Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuh seperti AIDS.
2. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan rhinorhea
3. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi cranium
  1. Terjadinya peningkatan TIK pada meningitis, mekanismenya adalah sebagai berikut :
    1. Agen penyebab → reaksi local pada meninges → inflamasi meninges → pe ↑ permiabilitas kapiler → kebocoran cairan dari intravaskuler ke interstisial → pe ↑ volume cairan interstisial → edema → Postulat Kellie Monroe, kompensasi tidak adekuat → pe ↑ TIK
    2. Pada meningitis jarang ditemukan kejang, kecuali jika infeksi sudah menyebar ke jaringan otak, dimana kejang ini terjadi bila ada kerusakan pada korteks serebri pada bagian premotor.
  2. Hidrosefalus pada meningitis terjadi karena mekanisme sebagai berikut :Inflamasi local → scar tissue di daerah arahnoid ( vili ) → gangguan absorbsi CSF → akumulasi CSF di dalam otak → hodrosefalus
  3. Bila gejala yang muncul campuran kemungkinan mengalami Meningo-ensefalitis.

2.1.3  Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala meningitis secara umum:
  1. Aktivitas / istirahat ;Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan, hipotonia
  2. Sirkulasi ;Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia pada fase akut
  3. Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin
  4. Makanan / cairan ; Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering
  5. Higiene ; Tidak mampu merawat diri
  6. Neurosensori ; Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, “Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri, kejang, gangguan penglihatan, diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori, sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia, tanda”Brudzinski”positif, rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki
  7. Nyeri / kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh
  8. Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah
  9. Keamanan ; Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
  10. Penyuluhan / pembelajaran ; Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis, diabetes mellitus
Tanda dan gejala meningitis secara khusus:
  1. Anak dan Remaja
a)      Demam
b)     Mengigil
c)      Sakit kepala
d)     Muntah
e)      Perubahan pada sensorium
f)      Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
g)     Peka rangsang
h)     Agitasi
i)       Dapat terjadi: Fotophobia (apabila cahaya diarahkan pada mata pasien (adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI))
,Delirium, Halusinasi, perilaku agresi, mengantuk, stupor, koma.
  1. Bayi dan Anak Kecil
Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan dan 2 tahun.
a)      Demam
b)     Muntah
c)      Peka rangsang yang nyata
d)     Sering  kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)
e)      Fontanel menonjol.
3.Neonatus:
a)      Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta manifestasi tidak jelas dan spesifik tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa hari, seperti
b)     Menolak untuk makan.
c)      Kemampuan menghisap menurun.
d)     Muntah atau diare.
e)      Tonus buruk.
f)      Kurang gerakan.
g)     Menangis buruk.
h)     Leher biasanya lemas.
i)       Tanda-tanda non-spesifik:
j)       Hipothermia atau demam.
k)     Peka rangsang.
l)       Mengantuk.
m)   Kejang.
n)     Ketidakteraturan pernafasan atau apnea.
  • o)     Sianosis.
p)     Penurunan berat badan.

2.1.4 Pathofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu: duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d’entry masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada fraktur bais cranii yang memungkinkan kontaknya CSF dengan lingkungan luar.

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa Lumbal Pungsi. Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial..
  1. Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis bakteri.
  2. Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan protein normal, kultur biasanya negative.
Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi pada kepala klien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.

Sedangan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

Glukosa serum: meningkat (meningitis)
LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
Elektrolit darah: Abnormal
ESR/LED: meningkat pada meningitis
MRI/CT-scan: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
Ronsen dada/kepala/ sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial
Arteriografi karotis : Letak abses

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi serta sequelle yang timbul biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada meningen dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal, hydrasefalus) serta disebabkan oleh infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya (infeksi okular, arthritis, purpura, pericarditis, endocarditis, myocarditis, orchitis, epididymitis, albuminuria atau hematuria, perdarahan adrenal). DIC dapat terjadi sebagai komplikasi dari meningitis. Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian atas, telinga tengah dan paru-paru, Sequelle biasanya disebabkan karena komplikasi dari nervous system.

2.1.7 Penatalaksanaan
Farmakologis
a.  Obat anti inflamasi :
1)  Meningitis tuberkulosa :
  1. Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24  jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gram selama 1 ½ tahun.
  2. Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
  3. Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan.
2)  Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a)  Sefalosporin generasi ke 3
b)  ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
c)  Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
3)  Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :
a)  Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b)  Sefalosforin generasi ke 3.
b.  Pengobatan simtomatis :
1)  Diazepam  IV : 0.2  –  0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4  –  0.6/mg/kg/dosis
kemudian klien dilanjutkan dengan.
2)  Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
3)  Turunkan panas :
a)  Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b)  Kompres air PAM atau es
c.  Pengobatan suportif :
1)  Cairan intravena.
2)  Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.
Perawatan
a.  Pada waktu kejang
1)  Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
2)  Hisap lender
3)  Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4)  Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
b.  Bila penderita tidak sadar lama.
1)  Beri makanan melalui sonda.
2)  Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita
sesering mungkin.
3)  Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika.
c.  Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.
      Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.
d.  Pemantauan ketat.
1)  Tekanan darah
2)  Respirasi
3)  Nadi
4)  Produksi air kemih
5)  Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

2.2 ENSEFALITIS
2.2.1 Definisi 
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

2.2.2 Etiologi
1. Ensefalitis Supurativa
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.
Patogenesis:
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru, bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel. Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
2. Ensefalitis Siphylis
Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunansaraf pusat Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagianbagian lain susunan saraf pusat.
3.  Ensefalitis Virus
Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :
a. Virus RNA
Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili
Rabdovirus : virus rabies
Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue)
Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)
Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria
b. Virus DNA
Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus,
virus Epstein-barr
Poxvirus : variola, vaksinia
Retrovirus : AIDS
3. Ensefalitis Karena Parasit
a. Malaria serebral Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral.
Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
Gejaja-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.
4. Ensefalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat
ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya
infeksi adalah daya imunitas yang menurun.(2,4)
5. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh
darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.

2.2.3 Manifestasi Klinis
            Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut:
  1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
  2. Kesadaran dengan cepat menurun
  3. Muntah
  4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di muka)
  5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan, 1997)
Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.

2.2.4 Patofisiologi
            Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
  1. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ tertentu.                                                       
  2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
  3. Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik
  1. Biakan:
    1. Dari darah viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif. 
    2. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika. 
    3. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif 
    4. Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif.
    5. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh. IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
    6. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
    7. Punksi lumbal  Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
    8. EEG/ Electroencephalography
EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)
  1. CT scan
Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal.

2.2.6 Komplikasi 
Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa sekuele neurologikus yang nampak pada 30 % anak dengan berbagai agen penyebab, usia penderita, gejala klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi adanya sekuele secara dini. Walaupun sebagian besar penderita mengalami perubahan serius pada susunan saraf pusat (SSP), komplikasi yang berat tidak selalu terjadi. Komplikasi pada SSP meliputi tuli saraf, kebutaan kortikal, hemiparesis, quadriparesis, hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi mental dan motorik, gangguan belajar, hidrosefalus obstruktif, dan atrofi serebral.

2.2.7 Penatalaksanaan
Isolasi
Isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
Terapi antimikroba :        
  1. Ensefalitis supurativa
    1. Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
    2. Cloramphenicol 4 x 1g/24  jam intra vena selama 10 hari.
    3. Ensefalitis syphilis
      1. Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari 
      2. Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x 500mg oral selama 14 hari.
Bila alergi penicillin :
  1. Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari 
  2. Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari 
  3. Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu
  4. Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.
  5. Ensefalitis virus
    1. Pengobatan simptomatis: 
-          Analgetik dan antipiretik: Asam mefenamat 4 x 500 mg
-          Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.
  1. Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-varicella:
-          Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg
peroral tiap 4 jam selama 10 hari.
  1. Ensefalitis karena parasit
    1. Malaria serebral 
-          Kinin  10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak perbaikan.
  1. Toxoplasmosis
-          Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
-          Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
-          Spiramisin 3 x 500 mg/hari
  1. Amebiasis
-          Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
  1. Ensefalitis karena fungus
-  Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu
-  Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.
  1. Riketsiosis serebri
-  Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari
-  Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.
Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, management edema otak :
a)      Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.
b)      Glukosa 20%, 10ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan.
c)      Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak

2.3 Perbedaan Ensefalitis dengan Meningitis
Encephalitis Meningitis
Kesadaran ↓ Kesadaran relatif masih baik
Demam ↓ Demam ↑
Lokasi terinfeksi di jaringan otak Lokasi terinfeksi di selaput otak
Banyak disebabkan virus Banyak disebabkan bakteri
 WOC
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1    Pengkajian Meningitis dan Esefalitis
  1. Anamnesa
    1. Identitas:
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.  ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
  1. Keluhan utama:
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
  1. Riwayat penyakit sekarang:
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.        
  1. Riwayat penyakit dahulu:
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
  1. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E. Coli , dan lain-lain.
  1. Imunisasi:
kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
  1. Pemeriksaan fisik (ROS)
B1 (Breathing)       : Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
B2 (Blood)            : Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
B3 (Brain)              : Kesadaran menurun. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat prosses peradangan otak.
B4 (Bladder)         : Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
B5 (Bowel)            : Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
B6 (Bone)              : Kelemahan
3.2  Analisa Data
Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Nyeri kepala, Pusing, kehilangan memori, bingung, kelelahan, kehilangan visual, kehilangan sensasi
DO: Bingung / disorientasi, penurunan kesadaran, perubahan status mental, gelisah, perubahan motorik, dekortikasi, deserebrasi, kejang, dilatasi pupil, edema papil
CO 2 ­
$
Hipoksia serebri
$
Permiabilitas vaskuler ­
$
Transudasi cairan
$
Edema serebri
$
Volume tengkorak ­
$
TIK ­
$
Vasospasme pembuluh darah serebri
$
Sirkulasi terhenti
$
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan perfusi jaringan serebral
DS:-
DO: pasien mengalami kejang, gangguan motorik, ataksia.
Gangguan transmisi impuls
$
Kejang
$
Risiko tinggi terhadap cedera



Risiko tinggi terhadap cedera
DS: merasa lemah
DO: pasien terlihat pucat dan lemah
Kejang
$
Kelemahan
$
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
DS: Klien mengeluh frustasi.
DO: pasien mengalami kebingungan, emosi yang berlebihan, frustasi, disorientasi realitas
Peradangan
$
Kerusakan myelin pada akson dan whitematter
$
Gangguan sensori persepsi
Perubahan persepsi sensori
DS : klien merasa kedinginan
DO : suhu tubuuh klien lebih dari 37,5 C
Peradangan
$
Suhu tubuh ­
$
Hipertermi

Hypertermi
DS : klien mengeluh pusing dan nyeri pada kepala
DO : suhu tubuh lebih dari 37,5C
Terdapat bengkak di kepala
Leukosit lebih dari 40.000
Peradangan
$
Suhu tubuh ­
$
Metabolisme tubuh ­
$
Penyebaran toksin ke jaringan tubuh
$
Sepsis
$
Risiko tinggi infeksi
Risiko tingi terjadinya infeksi
DS : klien mengeluh nyeri pada kepala
DO : skala nyeri 4-7
Peradangan
$
Nyeri
Nyeri

3.3     Diagnosa
  1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah/menghentikan darah arteri/virus
  2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum.
  3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan.
  4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson dan whitematter
  5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
  6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sepsis.
  7. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.

3.4       Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
Tujuan : Nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi > 4                  
Intervensi Rasional
Mandiri
  1. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.

Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri
  1. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tinggi)
Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut
  1. Berikan latihan rentang gerak aktif/ pasif.
Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau tidak nyaman tersebut
  1. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit/ rasa tidak nyaman
Kolaborasi
5. Berikan anal getik, asetaminofen, codein

Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat

Diagnosa 2: Risiko tinggi terhadap terjadinya infeksi berhubungan dengan sepsis.
Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi
Kriteria hasil : Leukosit normal 10.000-40.000
                        Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi
Intervensi Rasional
Mandiri
  1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan

Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin diperlukan sampai organisme diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran pada orang lain
  1. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi
  1. Ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nafas dalam
Memobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan
Kolaborasi
  1. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.

Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu

Diagnosa 3 : gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang mengubah/ menghentikan darah arteri/virus
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis    
Intervensi Rasional
Mandiri
  1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.

Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera
  1. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
Aktivitas seperti ini akan meningkatkan tekanan intratorak dan intraabdomen yang dapat men9ingkatkan TIK.
  1. Kolaborasi.
    Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.

Peningkatanaliran vena dari kepal akna menurunkan TIK
  1. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler dan TIK.
  1. Berikan obat : steroid, clorpomasin, asetaminofen
Menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi edema serebral, mengatasi kelainan postur tubuh atau menggigil yang dapat meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi oksigen dan resiko kejang

Diagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/lokal, kelemahan umum.
Tujuan             : Mengurangi risiko cidera akibat kejang
Kriteria hasil  : Tidak ditemukan cidera selama kejang
Intervensi Rasional
  1. Mandiri
    Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan

Melindungi pasien bila terjadi kejang
  1. Tirah baring selama fase akut
Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika terjadi vertigo, sinkop, atau ataksia
Kolaborasi
  1. Berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.

Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang

Diagnosa 5 : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan.
Tujuan : Klien dapat beraktifitas kembali dengan normal
Kriteria Hasil :Klien tidak merasa lemah
Intervensi Rasional
  1. Bantu latihan rentang gerak.
Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal akstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis
  1. Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
Meningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit, dan menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit
  1. Berikan matras udara atau air, perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
Menyeimbangkan tekanan jaringan, meningkatkan sirkulasi dan membantu meningkatkan arus balik vena untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan.
  1. Berikan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi.
Proses penyembuhan yang lambat seringkali menyertai trauma kepala dan pemulihan secara fisik merupakan bagian yang amat penting dari suatu program pemulihan tersebut.

Diagnosa 6 : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson dan whitematter
Tujuan : Meminimalkan perubahan persepsi sensori
Kriteria : Klien dapat mengontrol emosi dirinya
Intervensi Rasional
Mandiri
  1. Hilangkan suara bising yang berlebihan.

Menurunkan ansietas, respons emosi yang berlebihan/bingung yang berhubungan dengan sensorik yang berlebihan
  1. Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan persepsi
  1. Beri kesempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
Menurunkan frustasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan/pola respons yang memanjang


Kolaborasi ahli fisioterapi
  1. Terapi okupasi,wicara dan kognitif.

Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan rencana penatalaksanaan terintegrasi yang didasarkan atas kombinasi kemampuan/ketidakmampuan secara individu yang unik dengan berfokus pada fungsi fisik, kognitif, dan keterampilan perceptual

Diagnosa 7 : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : suhu tubuh kembali normal.
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
Intervensi Rasional
Mandiri
  1. Berikan kompres hangat
  2. Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis.
  3. Observasi Suhu tubuh klien

1. Pengeluaran panas secara konduksi
2. Pengeluaran panas secara evaporasi

3.Menentukan keberhasilan tindakan
  1.  
Kolaborasi dengan dokter
1.  berikan obat penurun panas.

1. Membantu menurunkan suhu tubuh
3.4       Evaluasi
  1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
  2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
  3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
  4.  Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
  5.  Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
  6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
  7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.

BAB 4
PENUTUP
4.1       Kesimpulan
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme,luka fisik,kanker,obat obatan tertentu. Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit ini hampir sama dan khas. Yaitu pusing, demam, dan kejang. Oleh karena itu penatalaksanaannyapun hampir sama, terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi.

DAFTAR PUSTAKA
Erathenurse. 2007. Askep pada meningitis. http://erathenurse.blogspot.com/ 2007/12/askep-pada-meningitis.html. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40 
Farinqhustank. 2008. Meningitis .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/meningitis. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40
Anonymous. 2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/. Diakses tanggal 12 Desember 2010.
Farly, Augus. 2010. Disitasi http://augusfarly.wordpress.com/2010/07/29/asuhan-keperawatan-meningitis/. Diakses tanggal 12 Desember 2010
Anonymous. Disitasi http://health.allrefer.com/pictures-images/kernigs-sign-of-meningitis.html. Diakses tanggal 12 Desember 2010



Tidak ada komentar:

Posting Komentar